BerbagiIlmu. MAKALAH. MAKIYAH DAN MADANIYAH. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an. Dosen Pengampu: Drs. Imam Syuhadi, M.Pd. Disusun Oleh : Finna Roudlotun Nasihah. Yolanda Fifiana
SurahAl-Bayyinah (bahasa Arab: البينة, Al-Bayyinah, "Bukti Yang Nyata") adalah surah ke-98 berdasarkan susunan mushaf dan surah ke-100 sesuai urutan pewahyuan Al-Quran serta terdiri dari 8 ayat. Surah ini dinamai Al-Bayyinah karena pada awal surah dan ayat ke-4 disebutkan tentang Bayyinah. Dari sisi isi, surah Al-Bayyinah termasuk surah Al-Ausath Al-Mufasshalat dan
Ayatayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat. 2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang
Adapuntujuan dari makalah ini adalah untuk mengkaji lebih jauh tentang Agama Islam, Sumber Ajaran dalam Agama Islam, serta Pokok-pokok Ajaran dalam Agama Islam. Ayat-ayat yang turun di Makkah disebut “Ayat-Ayat Makiyah” dengan ciri khas: ayatnya pendek-pendek, ditujukan kepada umat manusia (diawali kalimat “Ya Ayuhan Naas”, Wahai
Dalamsebuah makalah yang terpisah ia telah menjelaskan panjang lebar korelasi yang luar biasa ia menemukan antara pernyataan Quran dan data embriologi modern. Misalnya, Al-Quran menyebutkan dalam 23:14 bahwa Allah membuat kita seperti lintah pada satu tahap. ayat, dan bab. Tentu, unsur-unsur seperti diatur sehingga untuk menyampaikan makna
5 Menyeluruh (Komprehensif) Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S. Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
MAKALAHILMU MAKIYAH & MADANIYAH 1. Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah. Sedangkan Madaniyyah ialah yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah, dengan ayat yang di mulai dengan nida’ ( panggilan ) Ya ayyuhal ladzina aamanuu (
lp4dI7. Pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, sering kita mendengar istilah surat Makkiyah dan Madaniyah dalam al-Quran, sudahkah anda mengetahui perbedaan keduanya? Sederhananya, kedua jenis surat tersebut dibedakan berdasarkan waktu turunnya. Untuk lebih lengkapnya, silakan simak pembahasan berikut. Al-Quran Turun Secara Berangsur-angsurUlama Membagi Al-Quran Menjadi Dua Bagian Makkiyah dan MadaniyahBagaimana Membedakan Surat Makkiyah dan Madaniyah?Faedah-faedah dari Mengenal Makkiyah dan Madaniyah Al-Quran Turun Secara Berangsur-angsur Allah Ta’ala menurunkan al-Quran kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Mayoritas suratnya turun di Makkah. Dalil bahwa al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur adalah sebagaimana perkataan Allah Ta’ala, وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا “Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” al-Israa 106 Ulama Membagi Al-Quran Menjadi Dua Bagian Makkiyah dan Madaniyah Para ulama membagi surat-surat di dalam al-Quran menjadi dua bagian Makkiyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebelum beliau hijrah ke Madinah. Madaniyah yaitu surat yang turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam setelah beliau berhijrah ke Madinah. Atas dasar itu, maka perkataan Allah Ta’ala pada surat al-Maidah ayat 3 merupakan bagian dari surat Madaniyah sekalipun ayat ini turun kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Makkah tatkala beliau menunaikan ibadah haji[1] di tempat yang disebut dengan Arafah karena ayat tersebut turun setelah Hijrah Nabi ke Madinah. Ayat tersebut adalah الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” al-Maidah 3 Tentang ayat di atas, Umar radhiyallahu anhu menjelaskan sebagaimana yang diriwayatkan di dalam hadits sahih, قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ، وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ “Sungguh kami telah mengetahui hari yang dimaksud pada ayat tersebut dan tempat diturunkannya ayat tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ayat tersebut turun dalam keadaan beliau berdiri di Arafah pada hari Jumat.” Muttafaq alaih[2] Bagaimana Membedakan Surat Makkiyah dan Madaniyah? Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala. Supaya kita dapat membedakan antara surat Makkiyah dari Madaniyah, perlu kita mengetahui metode-metode dan gaya bahasa yang digunakan pada seluruh surat di dalam al-Quran. Adapun dari sisi metode yang digunakan dapat kita ketahui sebagai berikut Mayoritas surat Makkiyah menggunakan gaya bahasa yang kuat. Materi pembicaraan yang digunakan bersifat tegas. Hal ini dikarenakan mayoritas orang yang diajak bicara adalah para penentang yang angkuh. Sehingga, tidak pantas digunakan metode lain kecuali metode ini. Sebagai contohnya, bacalah surat al-Muddatsir dan al-Qamar. Adapun surat-surat Madaniyah mayoritasnya menggunakan gaya bahasa yang lembut dan halus. Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara adalah orang-orang yang menerima dan tunduk. Sebagai contohnya, silahkan baca surat al-Maidah. Mayoritas surat Makkiyah pendek ayatnya hal ini untuk menegakkan hujjah. Karena kebanyakan orang yang mendengarnya adalah para penentang dan suka menyelisihi. Maka mereka diajak bicara sesuai dengan keadaan mereka. Sebagai contohnya silahkan baca surat ath-Thur. Dari sisi pembahasan, kita dapat membedakan antara Makkiyah dan Madaniyah dengan mengetahui hal-hal berikut Mayoritas surat Makkiyah mengandung penegasan tentang tauhid, keyakinan yang benar, dan secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan keimanan terhadap hari kebangkitan hari kiamat. Hal ini karena mayoritas orang yang diajak bicara mengingkari hal tersebut. Adapun surat-surat Madaniyah, mayoritasnya mengandung perincian tentang ibadah dan muamalah interaksi sesama makhluk. Hal ini karena kebanyakan orang yang diajak bicara telah terpatri pada jiwa-jiwa mereka tauhid serta keyakinan yang benar. Sehingga mereka membutuhkan perincian terkait ibadah dan muamalah. Pada surat Madaniyah banyak disebutkan pada tentang jihad beserta hukumnya, munafikin serta keadaan mereka. Karena jihad disyariatkan di Madinah, begitupula muncul kemunafikan. Berbeda dengan surat-surat Makkiyah. Faedah-faedah dari Mengenal Makkiyah dan Madaniyah Pembaca yang semoga dijaga oleh Allah Ta’ala. Mengetahui pembahasan terkait Makkiyah dan Madaniyah termasuk satu dari sekian jenis ilmu al-Quran yang amat penting. Ya, karena di dalamnya terkandung beberapa faedah antara lain Tampak nyata bahwa gaya bahasa al-Quran mencapai puncak keagungannya. Hal ini karena al-Quran mengajak bicara kepada setiap kaum sesuai kondisi mereka berupa gaya bahasa yang bersifat tegas maupun lembut dan mudah. Tampak nyata hikmah dari suatu syariat pada puncak tertinggi. Hal ini kerena al-Quran memberlakukan syariat secara bertahap, perlahan-lahan, dimulai dari perkara terpenting. Hal ini dengan mengacu pada kondisi orang-orang yang diajak bicara dan kesiapan mereka untuk menerima dan menerapkan syariat. Mendidik para dai yang berdakwah di jalan Allah serta mengarahkan mereka untuk mengikuti jalan yang ditempuh al-Quran pada metode maupun pembahasan. Metode tersebut diterapkan dengan mengacu kepada orang-orang yang diajak bicara yaitu dengan cara mendahulukan perkara yang terpenting kemudian yang terpenting berikutnya. Sehingga, diupayakan untuk menggunakan gaya bahasa yang bersifat tegas pada tempatnya dan kelembutan pada tempatnya. Membedakan antara ayat yang nasikh yang menghapus dan ayat yang mansukh yang dihapus. Penerapannya adalah jika didapati dua ayat yang satu Makkiyah dan yang kedua Madaniyah kemudian terpenuhi syarat-syarat naskh penghapusan hukum maka ayat Madaniyah menghapus hukum yang ada pada ayat Makkiyah karena ayat Madaniyah yang turun terakhir. Semoga Allah memberikan manfaat dari tulisan ini kepada kita dan kaum muslimin. Amin UKA-ALF [1] Yang disebut di dalam sejarah dengan Haji Perpisahan’. [2] HR. al-Bukhari di di dalam Shahihnya no. 45 dan Muslim di dalam Shahihnya no. 3015
- Para ulama ahli tafsir membagi ayat-ayat Al-Quran berdasarkan periode dan tempat turunnya. Surah-surah Al-Quran yang turun sebelum hijrah ketika dakwah Islam berpusat di Makkah dikenal dengan sebutan surah Makkiyah. Lantas, apa pengertian dan ciri-ciri surah Makkiyah dalam Al-Quran? Di sisi sebaliknya, surah-surah Al-Quran yang turun selepas hijrah, saat dakwah Islam berpusat di Madinah dikenal dengan sebutan surah Madaniyah. Namun, tulisan ini membatasi bahasannya hanya terkait surah Makkiyah. Jika ingin mengetahui secara rinci mengenai surah Madaniyah, klik di sini. Secara umum, Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Ia menjadi pegangan dan panduan hidup seluruh kaum muslimin. Dari sejarahnya, Al-Quran diturunkan berangsur-angsur selama 23 tahun. Para ulama membagi masa turunnya Al-Quran menjadi 2 periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah SAW. Surah-surah yang turun pada dalam waktu 13 tahun awal dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama di gua Hira tergolong surah Makkiyah. Sementara itu, periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun. Setelah hijrah, surah-surah yang turun pada kurun waktu itu disebut surah Madaniyah, sebagaimana dilansir NU juga Keutamaan dan Tafsir Surah Al-Ikhlas Keutamaan & Tafsir Bacaan Surah Al-Falaq Untuk Minta Perlindungan Ciri-ciri & Perbedaan Surat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al Quran Apa Pengertian Surat Makkiyah? Secara sederhana, surah Makkiyah adalah surah atau sebagian besar ayat dalam surah tersebut turun di periode Makkah, yakni sebelum umat Islam hijrah ke Madinah pada 622 masehi, sebagaimana dikutip dari Ulumul Quran Telaah Tekstualitas dan Kontekstualitas Al-Quran 2011 yang ditulis Ahmad Izzan. Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa periode Makkah berlangsung selama 13 tahun. Namun, rinciannya bukan benar-benar 13 tahun, melainkan 12 tahun, 5 bulan, dan 13 hari. Para ulama tafsir membulatkannya menjadi 13 tahun. Selain itu, meskipun disebut sebagai surah Makkiyah, tidak semua ayat pada surah tersebut turun di kota Makkah. Ada surah yang turun sewaktu nabi bepergian keluar Makkah, namun karena masih dalam periode Makkah sebelum hijrah, surah itu tetap dikenal sebagai surah perbedaan antara surah-surah Makkiyah dan Madaniyah sangat penting bagi orang yang mempelajari Al-Quran dan ilmu tafsir. Salah satu faidahnya adalah untuk mengetahui hukum nasikh dan mansukh. Beberapa hukum Islam yang diturunkan di Makkah dihapuskan mansukh dengan ayat-ayat yang turun di Madinah nasikh.Manfaat lainnya juga mengajarkan tentang cara dakwah kepada khalayak. Ayat-ayat Makkiyah didominasi tentang akidah dan penguatan iman. Ketika Islam masih lemah, Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang berkaitan dengan tauhid agar keyakinan terhadap Islam kian itu, saat Islam sudah kuat di Madinah, ayat-ayat yang diturunkan berkaitan dengan sosial-masyarakat, tata negara, muamalah, hingga hubungan sesama manusia. Ciri-ciri Surah Makkiyah dalam Al-Quran Ciri-ciri surah Makkiyah dalam Al-Quran di antaranya adalah sebagai berikut Surah Makkiyah didominasi oleh ayat-ayat pendek. Surah Makkiyah didominasi oleh pembahasan mengenai masalah akidah. Setiap surah yang di dalamnya mengandung ayat sajdah adalah surah Makkiyah. Setiap surah di dalamnya dinyatakan lafal "Kallâ" adalah surah Makkiyah. Lafal itu dinyatakan sebanyak 33 kali dalam 15 surah. Setiap surah yang didahului dengan panggilan "Yâ Ayyuhâ an-Nâs" Wahai Manusia atau "Yâ Banî Adam" Wahai Anak Adam. Setiap surah yang diawali dengan "Fawatih as-suwar" adalah surah Makkiyah. Setiap surah yang mengandung kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu, kecuali kisah Adam dan Iblis yang disebutkan dalam surah Al-Baqarah adalah Makkiyah. Baca juga Nasr Hamid Abu Zayd, Tafsir Qur'an, dan Islam Senyum ala Indonesia Bacaan Surat Al-Waqiah Ayat 35-38 beserta Tafsir dan Keutamaannya Surah-surah Makkiyah dalam Al-Quran Berikut ini daftar lengkap 87 surah Makkiyah yang tertera dalam Al-Quran QS. Al Fatihah QS. Al An'am QS. Al A'raf QS. Yunus QS. Hud QS. Yusuf QS. Ar-Ra'd QS. Ibrahim QS. Al Hijr QS. An Nahl QS. Al Isra' QS. Al Kahfi QS. Maryam QS. Thaha QS. Al Anbiya QS. Al Mu'minun QS. Al Furqan QS. Asy Syu'ara QS. An Naml QS. Al Qashash QS. Al Ankabut QS. Ar Ruum QS. Luqman QS. As Sajdah QS. Sabaa' QS. Fathir QS. Ya Sin QS. Ash Shaffat QS. Shad QS. Az Zumar QS. Al Mu'min QS. Al Fushshilat QS. Asy Syuraa QS. Az Zukhruf QS. Ad Dukhan QS. Al Jasiyah QS. Al Ahqaf QS. Qaaf QS. Az Zariyat QS. Ath Thur QS. An Najm QS. Al Qamar QS. Al Waqi'ah QS. Al Mulk QS. Al Qalam QS. Al Haqqah QS. Al Ma'arij QS. Nuh QS. Al Jin QS. Al Muzammil QS. Al Muddatstsir QS. Al Qiyamah QS. Al Mursalat QS. An Naba' QS. An Nazi'at QS. 'Abasa QS. At Takwir QS. Al Infithar QS. Al Muthaffifin QS. Al Insyiqaq QS. Al Buruj QS. Ath Thariq QS. Al A'la QS. Al Ghasyiyah QS. Al Fajr QS. Al Balad QS. Asy Syams QS. Al Lail QS. Adh Dhuha QS. Al Insyirah QS. At Tiin QS. Al 'Alaq QS. Al Qadr QS. Al 'Adiyat QS. Al Qari'ah QS. At Takatsur QS. Al 'Ashr QS. Al Humazah QS. Al Fiil QS. Al Quraisy QS. Al Ma'un QS. Al Kautsar QS. Al Kafirun QS. Al Lahab QS. Al Ikhlash QS. Al Falaq QS. An Naas Baca juga Surah Al-Baqarah Ayat 183-185 Arab, Latin, Tafsir, dan Artinya Tafsir Surah An Naziat, Asbabun Nuzul, & Bacaan Arab, Latin, Arti - Sosial Budaya Penulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom
Dalam ulumul Quran, salah satu materi penting yang ada di dalamnya adalah salah satunya tentang bab Makiyah dan Madaniyah. Dalam al-Quran, ada dua jenis surah dilihat dari tempat atau periode turunnya. Yaitu Surah Madaniyah dan Surah Makiyah. A. Pengertian Makkiyah dan MadaniyahSebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa surah-surah yang terdapat di dalam Alquran terbagi menjadi dua bagian, yaitu surat-surat makkiyah dan surat-surat madaniyah. Dalam studi ilmu Alquran, ilmu makkiyah dan madaniyah merupakan bidang kajian yang berupaya untuk membedakan masa penting turunnya al-Alquran baik dari segi isi maupun struktur surah al-Quran. Adapun para ulama berbeda pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan makkiyah dan madaniyah itu sendiri, terlebih dalam hal mengenai batasan antara mana saja yang termasuk surah makkiyah dan mana yang termasuk surah kita mendasarkan pengertian Makiyah dan Madaniyah pada tempat turunnya ayat, maka pengertian makkiyah adalah ayat-ayat al-Alquran yang turun di Makkah dan daerah-daerah di sekitarnya Mina, Arafah, Hudaibiyah, dll., baik waktu turunnya sebelum Nabi Saw. melakukan hijrah maupun sesudah surah-surah madaniyah adalah ayat-ayat alAlquran yang turunnya di Madinah atau sekitarnya Badar, Sal’, Uhud, dll., baik waktu turunnya sebelum Nabi Muhammad Saw. berhijrah atau pendapat pertama ini, kita tahu bahwasanya al-Quran yang turun dalam rentang waktu 23 tahun tersebut dibagi menjadi Makiyah dan Madaniyah berdasarkan tempat pengertian dari sebagian ulama lain, makkiyah adalah ayat yang turun sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah, sedangkan madaniyah adalah ayat yang turun kepada nabi Muhammad saw. setelah Nabi berhijrah. Pendapat ini cukup memiliki banyak pendukung, baik dari mayoritas ulama klasik, modern, maupun ulama ini berarti, dimanapun tempat turunnya surah atau ayat al-Quran itu, jika turun sebelum nabi Hijrah maka disebut dengan surah Makiyah dan apabila sesudah nabi Hijrah disebut dengan Madaniah, meskipun turunnya al-Quran itu ada di Mekah saat fathul Mekah dari karakteristik atau tanda-tanda dari Makiyah dan Madaniyah itu, maka pengertian Makkiyah juga dapat dimaknai sebagai ayat-ayat yang arah perintah disebutkan kepada penduduk Kota Makkah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang khitabnya atau arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota Madinah dengan menggunakan panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ wahai orang-orang yang beriman. Dalam pandangan ini, rumusan makkiyah dan madaniyah menjadi lebih simpel dan lebih mudah dimengerti dan dikenali karena kita hanya tinggal melihat pada kriteria panggilan nida’ yang khas dari keduanya tersebut. Namun, pendapat ini masih memiliki kejanggalan karena beberapa hal diantaranya1, Pengertian itu memiliki rumusan yang tidak dapat dijadikan ketentuan karena tidak mencakup seluruh ayat Alquran. Dari 6236 ayat dalam alAlquran, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan nida’, yang artinya tidak semua ayat al-Quran berisi panggilan nida'.2, Hal yang paling penting adalah, tidak semua ayat al-Quran yang diawali dengan wahai manusia atau ya ayyuhannas itu adalah ayat Makiyah., misalnya pada surat al-Baqarah 21 dan anNisa 1 diawali dengan nida’ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ namun bukan termasuk surat juga pendapat yang terakhir yang mana pendapat ini lebih merujuk pada isi ayat al-Alquran. Rumusan dari pendapat ini adalah, jika ayat-ayat atau surat tersebut memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu maka surah tersebut disebut dengan surah makkiyah, sedangkan apabila ayat atau surat itu berisi tentang hukum hudud, faraid, dan sebagainya maka disebut dengan Cara dan Dasar Penetapan Makkiyah dan MadaniyahUntuk mengenal idan menetapkan apakah sebuah surah itu makiyah atau madaniyah, kita bisa merujuk pada rumusan yang ada di dalam kitab al-Burhan fi Ulumil Quran. Disana diuraikan bahwa ada dua cara untuk mengenali ayat dan surat yang termasuk kategori makkiyah dan madaniyah, yaitu cara sima’iy dan qiyasiy. Adapun pengenalan cara sima’iy adalah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah yang diperoleh berdasarkan riwayat. Sedangkan pengenalan cara qiyasiy adalah pengetahuan ayat dan surat makkiyah dan madaniyah berdasarkan kriterianya yang menonjol tersebut, antara lain; melalui ciri khitabnya, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan cara qiyasiy, ada dua pijakan yang dijadikan acuan yakni As-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Alquran1. Dasar aghlabiyah mayoritasSuatu surat bila mayoritas ayat-ayatnya adalah makkiyah, surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, jika mayoritas ayat-ayatnya adalah madaniyah, surat tersebut disebut Dasar tabi’iyahSuatu surat jika didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah sebelum hijrah, surat tersebut disebut makkiyah. Demikian juga sebaliknya, jika didahului dengan ayat-ayat yang turun di Madinah sesudah hijrah, surat tersebut disebut Karakteristik Makkiyah dan MadaniyahDalam sejarah penurunan Alquran dikenal dua periode yang mana masing-masing dari periode atau masa itu memiliki ciri tersendiri yang berbeda antara satu dengan yang lain. Dua periode itu adalah periode makkiyah dan madaniyah sebagaimana sudah kita bahas sebelumnya. Ayat-ayat yang diturunkan pada pereode makkiyah hampir seluruhnya berisi tentang persoalan-persoalan akidah yang pada umumnya membicarakan tentang orang-orang musyrik, memuat banyak ibarat dan perumpamaan al-’ibrah wa al-amtsal, serta mengarahkan mereka kepada perubahan pola pikir dari peninggalam nenek moyang mereka berupa adat atau kebiasaan yang buruk dan bertentangan dengan ayat-ayat yang diturunkan pada pereode madaniyah pada umumnya pembicaraan mengarah kepada pembentukan dan pembinaan kehidupan sosial sehingga ayat-ayatnya dominan berkaitan dengan persoalan-persoalan hukum dalam hubungan sosial kemasyarakatan, seperti hukum kekeluargaan atau akhwalusysyahsiyah dan hubungan antara orang Islam dan nonIslam. Ciri-ciri Surah MakiyahKita bisa melihat secara lebih terperinci tentang karakteristik surat-surat makkiyah seperti ciri-ciri berikut inia. Di dalam ayat tersebut berisi Nida atau panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ karena sasarannya adalah umum, yaitu orang-orang yang masih belum di dalam ayat itu terdapat lafal “kalla” Adapun di dalam seluruh alAlquran, lafal kalla disebutkan sebanyak 33 kali dalam 25 surahc. di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah atau ayat-ayat yang berisi tentang Dalam ayat itu diawali dengan huruf-huruf tahajji atau huruf hijaiyah seperti ف dan ق e. Di dalam ayat dijelaskan kisah para nabi dan umat-umat terdahuluf. di dalamnya terdapat cerita tentang kemusyrikan yang mana tujuannya adalah supaya manusia segera beriman kepada Allah di dalam ayat dijelaskan tentang keterangan adat istiadat orang kafir, orang musyrik, orang yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan sebagainyah. Selaras seperti pada poin sebelumnya, isinya memberi penekanan masalah tauhid atau akidahi. kebanyakan ayat dan suratnya pendek seperti yang terdapat dalam surah-surah terakhir dalam urutan Surah MadaniyahAdapun surat madaniyah, memiliki ciri-ciri sebagai berikuta. Berisi Nida يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟b. memuat hukum pidana hudud dalam al-Baqarah, an-Nisa’, al-Maidah, ash-Shura, dan pada ayatayat lainc. memuat hukum fara’id al-Baqarah, an-Nisa’, al-Maidahd. berisi izin jihad fi sabilillah al-Baqarah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajje. berisi keterangan tentang karakter orang-orang munafiq kecuali al-Ankabut dalam an-Nisa, al-Anfal, at-Taubah, al-Ahzab, al-Fath, al-Hadid, al-Munafiqun, at-Tahrimf. berisi hukum ibadah al-Baqarah, al-Imran, an-Nisa’, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, al-Hajj, an-Nur, dllg. berisi hukum muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, utang-piutang, dan sebagainya al-Baqarah, al-Imran, an-Nisa’, al-Maidah, dllh. berisi hukum munakahat, baik mengenai nikah cerai rujuk, hadanah al-Baqarah, al-Imran, an-Nisa’, al-Maidah, dlli. berisi hukum kemasyarakatan, kenegaraan, seperti permusyawaratan, kedisiplinan, kepemimpinan, pendidikan, pergaulan dan sebagainya al-Baqarah, al-Imran, al-Maidah, al-Anfal, at-Taubah, alHujurat, dan sebagainyaj. berisi dakwah kepada pemeluk Yahudi dan Nasrani alBaqarah, al-Imran, al-Fath, al-Hujurat, dan sebagainyak. kebanyakan ayat dan suratnya karakteristik yang diuraikan di atas merupakan karakteristik yang menonjol saja. Demikian juga terkait kriteria isi, juga tidak pasti. Selama ini menurut Nasr Hamid Abu Zaid kriteria itu berdasarkan hasil hipotesis dan belum final, tetapi kriteria waktu harus tetap dipertimbangkan secara bersamaan dengan kriteria teks itu sendiri, baik dari sisi isi, maupun dari sisi informasi tentang pengertian dan definisi mengenai surah Makiyah dan Madaniyah berikut dasar penetapan dan karakteristik dari surah makiyah dan madaniyah tersebut. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua amin ya Rabbal Alamin.
Download Free DOCXDownload Free PDFMakalah ulumul qur'an Makkiyah dan madaniyahMakalah ulumul qur'an Makkiyah dan madaniyahMakalah ulumul qur'an Makkiyah dan madaniyahMakalah ulumul qur'an Makkiyah dan madaniyahFaishal Nabigh AghnaRelated PapersAyat Makkiyah dan MadaniyahJafar ShodiqView PDFMiftahussaadahMakalah Makkiyah dan Madaniyyah Kelompok 9_miftahussaadahmiftah hussaadah28Makalah Makiyyah dan Madaniyyah Kelompok 9_ MiftahussaadahView PDFNisa Nur AzizahULUMUL QUR'AN2022 • NISA N U R AZIZAHUlangan Tengah SemesterView PDFNur OktafiyaniMakalah Makiyyah dan Madaniyyah Kelompok 9_Nur OktafiyaniNur OktafiyaniMakalah Makiyyah dan Madaiyyah Kelompok 9_Nur oktafiyaniView PDFTUGAS UTS ULUMUL QUR'AN CHOOIRRUR ROCHMAH 2101010019 UQ039EChoirrur RochmahView PDFNanda Firmansyah 2101011063UQ108G2022 • Nanda FirmansyahView PDFNAMA Efi Zuliyana NPM 2101013005 MK Ulumul Qur'an KODEUQ097G Jawaban UTS Ullumul Qur'anEvizuliyana15 Evizuliyana15View PDFUQ110GRiski Ali mustofaView PDFUQ005DAyu agustia Ayu agustiaView PDFJakartagemainsani pers,1994,hal 49. 2Abdul JahalAINUL HAKIM SYUKRIView PDF
MAKALAH MAKKIYAH DAN MADANIYAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an Dosen Pengampu Shobirin Oleh Kelas / Semester B / II Awaliyatu Khoirunnisa’ 1420210056 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM/ PRODI EKONOMI SYARIAH 2015 BAB I PENDAHULUAN Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan pemikiran dan nilai-nilai kebudayaannya. Tak terkecuali umat islam, mereka sangat memperhatikan kelestarian risalah Muhammad yang memuliakan semua umat manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan pembaharuan yang hanya mendapat perhatian sepanjang akal menerimanya. Tetapi, di atas itu semua, ia merupakan agama yang melekat pada akal dan terpatri dalam hati. Orang yang membaca Al-Qr’an Al-Karim akan melihat bahwa ayat-ayat makkiyah mengandung karakteristik yang tidak ada dalam ayat-ayat madaniyyah, baik dalam irama maupun maknanya begitupun sebaliknya; sekalipun yang kedua ini didasarkan pada yang pertama dalam hukum-hukum dan perundang-undangannya. Abdul Qasim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi menyebutkan dalam kitabnya At-Tanbih Ala Fadhli Ulum Al-Qur’an “Di antara ilmu-ilmu Al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu tentang nuzulul Al-Qur’an dan wilayahnya, urutan turunnya di makkah dan madinah, tentang hukumnya yang diturunkan di makkah tetapi mengandung hukum madani dan sebaliknya, serupa dengan yang diturunkan di makkah, tetapi pada dasarnya termasuk madani dan sebaliknya. Juga tentang yang diturunkan di Juhfah, Baitul Maqdis, Tha’if atau Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang diturunkan di waktu maalm, di waktu siang, diturunkan secara bersama-sama. Atau ayat–ayat Madaniyyah dalam surat-surat Makkiyyah dan sebaliknya. Itu semua adaa 25 macam. Orang yang tidak mengetahuinya dan tidak dapat membeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Al-Qur’an. ” Bagitu pentingnya arti pengelompokan yang diutarakan Al-Qosim tentang permasalahan tentang ilmu Al-Qur’an yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Dirasah fi ulum Al-Qur’an. Pada umumnya, para pakar ulum Al-Qur’an membahas permasalahan ini dalam suatu maudhu’ yang lazim disebut makkiyyah dan madaniyyah. Bila tidak menguasainya, banyak faedah yang tidak dapat dipetik, dan yang hendak mengetahui Al-Qur’an tanpa memahami ayat-ayat makkiyah dan apa itu ayat-ayat madaniyyah, bisa-bisa terjebak ke dalam kesalahan yang fatal. 1. Apa Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ? 2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ? 3. Bagaimana Perkembangan Makkiyah dan Madaniyah ? 4. Sebutkan Beberapa Contoh dari Ayat Makkiyah dan Madaniyah ? 5. Apa Fungsi Memahami Ilmu Makkiyah dan Madaniyah ? 6. Apa Saja Ayat yang Diturunkan di Luar Kota Makah dan Madinah? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah. Keempat perspektif itu adalah 1. Masa turun zaman an-nuzul 2. Tempat turun makan an-nuzul 3. Objek pembicaraan mukhathab 4. Tema pemmbicaraan maudu’ 1. Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut اَلْمَكِيُ مَا نَزَلَ قَبْلَ اْلهِجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَكَةَ. وَ المدَنِيُ مَا نَزَلَ بَعْدَ الِهجْرَةِ وَاِنْ كَانَ بِغَيْرِ مَدِيْنَةَ. فَمَا نَزَلَ بَعْدَ الهِجْرَةِ وَلَوْ بِمَكَةَ أَوْ عَرَفَةَ مَدَنِيُ. Artinya “Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekah atau di arafah.” Dengan demikian, surat an-nisa’ [4] 58 termasuk kategori madaniyyah kendatipun diturunkan di mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota mekah fath makkah. Begitu pula, surat al-maidah [5] 3 termasuk kategori madaniyyah kendatipun tidak diturunkan di madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada’. 2. Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut مَا نَزَلَ بِمَكَةَ وَمَا جَا وَرَهَا كَمِنَى وَ عَرَفَةَ وَحُدَيْبِيَةَ. وَالمدَنِيُ مَا نَزَلَ بِالمدِيْنَةِ وَمَا جَا وَرَهَا كَأُحُدٍ وَقُبَاءَ وَسُلْعَ. Artinya “Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a” Terdapat celah kelemahan dari pendefnisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak di turunkan di Makkah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah [9] 42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43] 45 diturunkan di tengah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam Makkiyyah dan Madaniyyah. 3. Dari objek pembicaraan, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut اَلْمَكِيُ مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ مَكَةَ . وَالمدَنِيُ مَاكَانَ خِطَابًا لِأَهْلِ المدِيْنَةِ. Artinya “Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah” Pendefinisian diatas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat al-qur’an dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan naas” yang menjadi kriteria Makkiyah, dan ungkapan “ya ayyuha al-ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyyah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah [2], misalnya, termasuk kategori Madaniyyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan naas”. Lagi pula, banyak ayat al-quran yang tidak dimulai dengan 2 ungkapan di atas. 4. Dari tema pembicaraan, mereka akan mendefinisikan kedua terminologi lebih terinci. Kendatipun mengunggulkan pendefinisian Makkiyyah dan Madaniyyah dari perspektif masa turun, subhi shahih melihat komponen-komponen serupa dalam tiga pendefinisian. Pada ketiga versi itu terkandung komponen masa tempat dan orang. Bukti lebih lanjut dari tesis shahih di atas bisa dilihat dalam kasus surat Al-Mumtahanah [60]. Bila dilihat dari perspektif tempat turun, surat ini termasuk Madaniyyah karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi, dalam perspektif objek pembicaraan, surat itu termasuk Makkiyah karena menjadi khitab bagi orang-orang mekah. Oleh karena itu, para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam “ma nuzila bi al Madinah wa hukmuhu Makki ” ayat-ayat yang di turunkan di Madinah, sedangkan hukumnya termasuk ayat-ayat yang diturunkan di Mekah. [1] Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Madinah. B. Sejarah Perkembangan Maakkiyah dan Madaniyyah Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar atau kriteria yang dipakai untuk menentukan Makkiyyah dan Madaniyyah suatu surat atau ayat. Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya ayat-ayat atau surat sebagai dasar penentuan Makkiyyah dan Madaniyyah, sehingga mereka membuat definisi Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut Yang diartikan sebagi berikut “Makiyah ialah yang diturunkan dimakkah sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di madinah” Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya. [2] C. Perbedaan Makkiyah dan Madaniyyah 1. Ciri-ciri khusus surat makkiyah a. Mengandung ayat sajdah Al-A’raf 206, A-Nahl 149, An-Nahl 50, Al-Isra’ 107, Al-Isra’ 108, Al-isra’ 109, Maryam 85, Al-Furqan 60. b. Terdapat lafal kalla sebagian besar ayatnya Al-Humazah 4 كلا لينبذن فى الحطمة c. Terdapat seruan dengan ya ayyuhannasu contonhya dalam surat Yunus 57, يايهاالناس قدجاءتكم موعظة من ربكم وشفاءلما فى الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين d. Mengandung kisah nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, kecuali surat Al-Baqarah surat Al-A’raaf kisah Nabi Adam dengan iblis, kisah Nabi Nuh dan kaumnya, kisah Nabi Shalih dan kaumnya, kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya, kisah Nabi Musa dan Firaun. e. Terdapat kisah adam dan iblis.[3] Contohnya dalam surat Al-A’raf 11 yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan kamu adam, lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakana kepada malaikat bersujudlah kamu kepada adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.” f. Setiap suratnya terdapat Sujud Tilawah, sebagian ayat-ayatnya. g. Semua atau sebagian suratnya diawali huruf tahajji seperti Qaf ق , Nun ن , Kha Mim حم contonya ص dalam surat Shaad 1 h. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf terpotong-potong al-ahraf al-muqatha’ah atau fawaatihussuwar, seperti “الم surat Ar-Rum 1, الر surat Hud 1,هم “, kecuali Al-Baqoroh dan Ali Imron.[4] 2. Ciri-ciri surat makkiyah yang aghlaniyah umum a. Ayat-ayatnya pendek, surat-suratnya pendek An-Nass 6 ayat, Al-Ikhlas 4 ayat, Al-Falaq 5 ayat, Al-Lahab 5 ayat, nada perkataannya keras dan agak bersajak surat Al-Ashr. والعصر. ان الانسن لفى خسر. الا الذين ءامنوا وعملواالصلحت وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر. b. Mengandung seruan pokok-pokok iman kepada Allah, hari akhir dan menggambarkan keadaan surga dan neraka. c. Menyeru manusia berperagai mulia dan berjalan lempang di atas jalan kebajikan An-Nahl, = akhlak-akhlak baik d. Mendebat orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan pendirian mereka surat Al-Kahfi ayat 102-108 e. Banyak terdapat lafadz sumpah.[5] surat Al-Anbiyaa’ 57 وتا الله لاكيدن اصتمكم بعد ان تولوا مدبرين 3. Ciri-ciri khusus surat madaniyyah a. Di dalamnya ada izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang dan penjelasan tentang hukum-hukumnya. QS. Al-Ahzab = tentang perang ahzab / khandaq. b. Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, fara’id, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan. QS. An-Nur = tentang hukum-hukum sekitar masalah zina, li’an, adab-adab pergaulan di luar dan di dalam rumah tangga. QS. Al-Ahzab = tentang hukum zihar, faraid c. Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik surat An-Nur ayat 47-53 tentang perbedaan sikap orang-orang munafik dengan sikap orang-orang muslim dalam bertakhim kepada Rasul d. Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak berlebih-lebihan dalam beragama, seperti terdapat dalam surat Al-Baqarah, An-Nisa’, Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain.[6] 4. Ciri-ciri surat madaniyyah yang aghlaniyah umum a. Suratnya panjang-panjang, sebagian ayatnya pun panjang serta jelas menerangkan hukum QS. Al-Baqarah surat dan ayatnya panjang, dan didalamnya terdapat hukum haji dan umrah, hukum qishas, hukum merubah kitab-kitab Allah, hukum haid, iddah, hukum bersumpah, hukum arak dan judi b. Menjelaskan keterangan-keterangan dan dalil-dalil yang menunjukkan kepada hakikat-hakikat keagamaan. D. Beberapa Contoh Ayat Makkiyah dan Madaniyah Diantaranya 1 Al-Alaq 47 An-Naml 2 Al-Qolam 48 Al-Qoshash 3 Al-Muzzammil 49 Al-Isro’ 4 Al-Muddatstsir 50 Yunus 5 Al-Fatihah 51 Hud 6 Al-Lahab 52 Yusuf 7 At-Takwir 53 Al-Hir 8 Al-A’la 54 Al-An’am 9 Al-Lail 55 Ash-Shaffat 10 Al-Fajr 56 Luqman 11 Ad-Dhuha 57 Saba’ 12 Al-Insyiroh 58 Az-Zumar 13 Al-Ashr 59 Ghofir 14 Al-Adiyat 60 Fushshilat 15 Al-Kautsar 61 Asy-Syura 16 At-takatsur 62 Az-Zukhruf 17 Al-Ma’un 63 Ad-Dukhan 18 Al-Kafirun 64 Al-Jatsiah 19 Al-Fiil 65 Al-Ahqof 20 Al-Falaq 66 Al-Adzariyat 21 An-Nas 67 Al-Ghosiyah 22 Al-Ikhlas 68 Al-Kahfi 23 An-Najm 69 An-Nahl 24 Abasa 70 Nuh 25 Al-Qodar 71 Ibrahim 26 Asy-Syams 72 Al-Anbiya’ 27 Al-Buruj 73 Al-Mu’minun 28 At-Tiin 74 As-Sajadah 29 Al-Quroisy 75 At-Thur 30 Al-Qori’ah 76 Al-Mulk 31 Al-Qiyamah 77 Al-Haqqoh 32 Al-Humazah 78 Al-Ma’arij 33 Al-Mursalat 79 An-Naba’ 34 Qaf 80 An-Nazi’at 35 At-Thoriq 81 Al-Balad 36 Al-Qomar 82 Al-Infithor 37 Shad 83 Al-Insyiqoq 38 Al-A’rof 84 Ar-Rum 39 Jinn 85 Al-Ankabut 40 Yasin 86 Al-Muthoffifin 41 Al-Furqon 87 Al-Zalzalah 42 Fathir 88 Ar-Rod 43 Maryam 89 Ar-Rohman 44 Thoha 90 Al-Insan 45 Al-Waqiah 91 Al-Bayyinah 46 Asy-Syu’ara Diantaranya 1 Al-Baqoroh 13 Ali-Imron 2 Al-Anfal 14 Al-Ahzab 3 Al-Mumtahanah 15 Al-Hujurat 4 An-Nisa’ 16 At-Tahrim 5 Al-Hadid 17 At-Taghabun 6 Al-Qital 18 As-Shaf 7 At-Tholaq 19 Al-Jumuah 8 Al-Hasr 20 Al-Fath 9 An-Nur 21 Al-Maidah 10 Al-Hajj 22 At-Taubah 11 Al-Munafiqun 23 An-Nashr 12 Al-Mujadilah E. Fungsi Memahami Ilmu Makkiyah dan Madaniyah An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih ala Fadhl Ulum Al-Quran, memandang subjek makkiyah dan madaniyyah sebagai ilmu Al-Quran yang paling utama. Sementara itu , Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui makkiyah dan madaniyyah sebagai berikut. 1. Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah keumuman redaksi ayat dan bukan kehususan sebabin. Dengan mengetahui kronologis Al-Quran pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa diketahui melalui kronologi Al-Quran. 2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat makkiyah dan ayat-ayat madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi makkiyah dan madaniyyah telah memberikan contoh untuk itu. 3. Memberi informasi tentang sirah kenabian Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah nabi, baik di mekah atau di madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah nabi itu. Informasinya tidak bisa diragukan lagi. Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat Al-Quran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan segala peristiwa yang menyertainya, baik pada periode makkah maupun periode madinah, sejak turun iqra’ sampai ayat yang terakhir diturunkan. Al-Quran adalah sumber pokok bagi hidup Rasulullah. Pola hidup beliau harus sesuai dengan Al-Quran dan Al-Quran pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan. [9] Selain itu juga pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah banyak membawa hikmah dan faedah serta kagunaan yang bermacam-macam, antara lain sebagai berikut 1. Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Quran 2. Mudah diketahui mana ayat-ayat Al-Quran yang hukum bacaannya telah dinaskh dihapus dan diganti dan mana ayat-ayat yang menasakhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. 3. Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hukum-hukum Islam Taarikhut Tasyri’ yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan-peraturan. 4. Mengetahui hikmah disyariatkannya suatu hukum. 5. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah. 6. Mengetahui perbedaan ushlub-ushlub bentuk-bentuk bahasa Al-Quran yang dalam surat-surat makkiyah berbeda dengan yang ada dalam surat madaniyah.[10] F. Ayat-ayat Al-qur’an Diturunkan Di Luar Kota Makkah dan Madinah 1. Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah Contohnya ialah surat Al-A’la. HR. Al-Bukhari dari Al-Bara’ bin Azib yang mengatakan, “orang yang pertama kali datang kepada kami di kalangan sahabat Nabi adalah Mush’ab bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum keduanya membacakan Al-Quran kepada kami. Sesudah itu datanglah Ammar, Bilal dan Sa’ad. Kemudian datang pula Umar Bin Khattab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membaca sabbihismarabbikal a’la dari antara surat yang semisal dengannya.” Pengertian ini cocok dengan Al-quran yang dibawa oleh golongan muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum anshar. 2. Ayat yang di bawa dari madinah ke makkah Contohnya dari awal surat Baqarah, yaitu ketika Rasulullah SAW memerintahkan kepada Abu Bakar untuk pergi haji pada tahun ke Sembilan. Ketika awal surat Baqarah turun, Rasulullah memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk membawa surat tersebut kepada Abu Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin, maka Abu Bakar pun membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa tahun ini tidak ada oseorang musyrik pun yang boleh berhaji. 3. Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran turun pada saat Nabi dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasulullah tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun turun juga dalam perjalanan tersebut. Imam As-Suyuthi menyebutkan awal surat Al-Anfal yang turun di Badar setelah selesai perang, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Sa’ad bin Abi Waqqash. Sedangkan ayatnya adalah sebagai berikut والذين يكنزون الذهب والفضة ولا ينفقونها فى سبيل الله Diriwayatkan Ahmad dari Tsauban, bahwa ayat tersebut turun ketika Rasulullah dalam salah satu perjalanan. Juga awal surat Al-Hajj. At-Tirmidzi dan Al-Haakim meriwayatkan dari Imran bin Hushain yang menyatakan “ketika turun kepada Nabi ayat wahai manusia, bertakwalah kepada tuhanmu, sesungguhnya goncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar … sampai dengan .. tetapi adzab Allah sangat kerasnya’ beliau sedang berada dalam perjalanan.” Begitu juga surat Al-Fath. Al-Hakim dan yang lain meriwayatkan, dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Al-Hakam, keduanya berkata “surat Al-Fath dari awal sampai akhir turun di antara kota makkah dan madinah berkaitan dengan masalah perdamaian Hudaibiyah.” Sebagian dari ayat Al-Quran tidak hanya turun di kota makkah dan sekitarnya dan tidak pula di madinah dan sekitarnya, seperti firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 42 dan pada surat Az-Zukhruf ayat 45. Yang kedua ayat tersebut tidak turun di kota makkah dan sekitarnya dan tidak pula di kota madinah dan sekitarnya. Menurut Ibnu Katsir bahwa surat At-Taubah ayat 42 turun di tabuk, dan surat Az-Zukhruf ayat 45 diturunkan di abitul maqdis pada malam Isra’.[11] 4. Ayat yang turun di Kota Arofah pada haji wada’[12] Surat Al-Baqarah ayat 281 وَاتَقُوا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللهِ ثُم تُوَفى َكُلُ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ “Dan peliharalah dirimu dari azab yang terjadi pada hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya dirugikan.”[13] 5. Ayat yang turun di Kota Mina pada haji wada’ Surat Al-Maidah ayat 3[14] حرمت عليكم الميتة والدم و لحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أ كل السبع إلاماذكيتم وماذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلم ذالكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واشون اليم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتى ورضيت لكم الإسلم دينا فمن اضطر فى مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفوررحيم “Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. dan diharamkan juga mengundi nasib dengan anak panah, mengundi nasib dengan anak panah itu adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[15] BAB III SIMPULAN Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Madinah. Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk nabi. Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya. Sedangkan untuk membedakan antara ayat makkiyah dan ayat madaniyah terdapat Ciri-ciri khusus surat makkiyah, Ciri-ciri surat makkiyah yang aghlaniyah umum, Ciri-ciri khusus surat madaniyyah, Ciri-ciri surat madaniyyah yang aghlaniyah umum. Begitupun juga dengan contoh suratnya, diantaranya surat Makkiyah Al-Alaq, At-Tin, Al-Balad, Al-Qoriah, Al-Adiyat, dan lain sebagainya, sedangkan surat Madaniyah An-Nash, Al-Baqoroh, Al-Anfal, Ali-Imron, dan lain sebagainya. Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui makkiyah dan madaniyyah adalah untun Membantu dalam menafsirkan Al-qur’an, Pedoman bagi langkah-langkah dakwah, Memberi informasi tentang sirah kenabian, Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Al-Quran dan Mudah diketahui mana ayat-ayat Al-Quran yang hukum bacaannya telah dinaskh dihapus dan diganti dan mana ayat-ayat yang menasakhkannya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. Adapun ayat-ayat yang turun tidak di kota makkah dan tidak pula di kota madinah adalah Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah, ayat yang di bawa dari madinah ke makkah, Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan, Ayat yang turun di Kota Arofah pada haji wada’, Ayat yang turun di Kota Mina pada haji wada’. Alhamdulillah, penulisan makalah ini terselesaikan dan tersusun secara sistematik. Tetapi penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena mengingat keterbatasan pengetahuan dari penulis. Maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari berbagai pihak. DAFTAR PUSTAKA Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Pentafsir Al Qur’an. Al-Qaththan, Syeikh Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006. Anwar Rosihon, Ulum al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia, 2008. Hasbi ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad,Ilmu-Ilmu Ulumul Quran, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009. Shihab, Quraish, Sejarah & Ulum Al-Quran, Bandung, Pustaka Firdaus, 1997. Rakhmat, Jalaluddin, Ulum Al-Quran, Bandung, 1431 H. http// pada tanggal 05-04-2015 pada pukul 1830. [1] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, bandung, Pustaka Setia, 2008, hal102-104. [2] Quraish Shihab, Sejarah & Ulum Al-Quran, bandung, Pustaka Firdaus, 1997, hal 64. [3]Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Ulumul Quran, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009, hal 72. [4] Jalaluddin Rakhmat. Ulum Al-Quran, Bandung 1431 H, hal 49. [7] Quraish Shihab, Sejarah & Ulum Al-Quran, Bandung, Pustaka Firdaus, 1997, hal 65-67 [9] Rosihon Anwar, Ulum al-Qur’an, bandung, Pustaka Setia, 2008, hal 115-116 [10] http// Diakses pada tanggal 05-04-2015 pada pukul 1830 [11] Syeikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm 67-71. [12] Jalaluddin Rakhmat. Ulum Al-Quran, Bandung 1431 H, hal. 58 [13] Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Pentafsir Al Qur’an, 1971, hal 70 [14] Jalaluddin Rakhmat, Op Cit, hal. 59. [15] Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud, Op Cit, hal 157
makalah ayat makiyah dan madaniyah